Entri Populer

Jumat, 17 Desember 2010

Putussibau Kapuas hulu Kal-bar


PETUALANG: Jeram-jeram hulu Kapuas dengan arus air yang deras dan bebatuan besar menjadikan petualang menarik di penghujung Sungai Kapuas.Kabupaten Kapuas Hulu Menjelang Visit Kalbar 2010
Bertualang Menyusuri Jeram Hulu Sungai Kapuas
Eksotis kawasan Kabupaten Kapuas Hulu menyimpan beragam potensi wisata. Alam yang masih perawan, menjadikan Kabupaten berjuluk Bumi Uncak Kapuas ini berbeda. Kekayaan itu bagai zamrud khatulistiwa yang siap untuk diarungi.

 DARI SEKIAN banyak potensi wisata yang paling menantang adalah menyusuri hulu Sungai Kapuas, sungai yang terkenal terpanjang di republik ini. Terbentang dari Kota Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, kemudian melintasi Kabupaten Nangan Pinoh, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu Raya dan berakhir di Kota Pontianak.
Menyusuri hulu Sungai Kapuas akan menjadi petualangan yang tidak terlupakan. Menghabiskan hari di atas speedboat, menerjang riam nan dahsyat dan eksotis. Menyaksikan bebatuan di kiri dan kanan sungai, bahkan yang berdiri tegak di atas sungai yang dilintasi. Melihat keragaman budaya, adat istiadat dan kehidupan masyarakat Dayak Punan yang mendiami kawasan itu.
Petualangan menerjang hulu Sungai Kapuas bermula dari Kota Putussibau. Perjalanan cukup panjang, setidaknya dua hingga tiga hari hingga sampai di Desa Tanjung Lokang, yang merupakan desa terakhir di hulu sungai. Puluhan riam akan di hadapi sepanjang perjalanan. Sebut saja Riam Batu Tiga, Riam Batu Lintang, Riam Benda’ hingga Riam Bakang. Belum lagi riam di Kapuas Kiri, yang terdapat Riam Delapan dan Riam Matahari yang paling terkenal itu. Perjalanan dari Putussibau menggunakan spead boat akan memperlihatkan pemandangan yang apik dan eksotis. Mulai dari hutan yang masih perawan, hingga perkampungan suku dayak.
Setidaknya, ada beberapa kampung yang dilalui. Mulai dari Desa Melapi, Sayut, Lunsara, Nanga era’, Nanga Lapung, Bungan Jaya hingga ke Tanjung Lokang. Keberagaman adat istiadat, dan budaya masyarakat suku dayak di hulu sungai Kapuas itu merupakan daya tarik tersendiri. Belum lagi kuliner asli sungai, yaitu ikan daerah perhuluan yang terkenal enak, gurih dan memanjakan lidah. Salah satunya Ikan Semah yang berdaging enak dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Melintasi Jantung Borneo
Tidak hanya memacu adrenalin di sungai saja. Petualangan melintasi jantung borneo dengan berjalan kaki menembus belantara hutan perawan. Menyusuri wilayah perbatasan antara Kapuas dan Mahakam yang merupakan salah satu wilayah yang paling terpencil di Borneo. Di sebelah timur, daerah Mahakam Hulu, yang terisolasi oleh jeram-jeram yang sangat berbahaya, di mana Suku Kayan-Mahakam, Suku Busang termasuk sub suku Uma Suling dan lain-lain serta suku Long Gelat sebuah sub suku dari Modang menempati daratan-daratan yang subur. Sedangkan Suku Aoheng mendiami daerah berbukit-bukit. Di sebelah barat, daerah Kapuas Hulu dengan kota niaga kecil Putussibau, dikelilingi oleh desa-desa Senganan, Taman dan Kayan. Lebih ke hulu lagi, dua desa kecil Aoheng dan Semukng. Di antara keduanya, sebuah barisan pegunungan yang besar mencapai ketinggian hampir 2000 meter didiami oleh suku nomad Bukat atau Bukot dan Kereho atau Punan Keriu, serta suku semi nomad Hovongan atau Punan Bungan.
Orang asing pertama yang mencapai dan melintasi pegunungan ini adalah Mayor Georg Muller, seorang perwira zeni dari tentara Napoleon I sesudah Waterloo masuk dalam pamongpraja Hindia Belanda. Mewakili pemerintah kolonial, ia membuka hubungan resmi dengan sultan-sultan di pesisir timur Borneo.

Danau Buak, Wisata Andalan KH


Danau Buak, Wisata Andalan KH 
April, 20 2010, 15:56:35 WIB oleh perwanto

Kapuas Hulu-BIKA, Danau Buak, Kecamatan Bika dapat dijadikan salah satu potensi andalan dalam menarik wisatawan domestic maupun mancanegara. Karena, keindahan yang di miliki Danau Buak itu tidak kalah dengan Danau Mupa yang ada di Kota Putussibau.
 sejumlah wisatawan domestic tampak sedang menikmati keindahan alam yang dimiliki di Danau Buak, Kecamatan Bika. Disana, pohon memiliki daun sangat lebat dan rindang. Pohon itu sangat tepat untuk dijadikan tempat berteduh. Baik itu untuk keluarga, kerabat, sanak keluarga maupun rekan.

Rata-rata pengunjung ke Danau Buak itu remaja. Mengingat suasana Danau Buak ini dapat digolongkan tempat romantis. Karena hembusan angin semilir dan sepi membuat sejumlah remaja. Baik itu remaja di Kota Putussibau maupun Bika rela menghabiskan waktunya di Danau Buak tersebut.

Namun sangat disayangkan, keindahan Danau Buak itu belum dilengkapi fasilitas untuk tempat bermain. Baik itu untuk anak-anak maupun keluarga. Disana, belum ada tempat bermain untuk anak-anak. Sementara untuk keperluan keluarga, Danau Buak itu dilengkapi dengan fasilitas bebek engkol maupun lainnya.

“Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung di Danau Buak ini membuat wisata ke danau ini dinilai masih kurang. Sebenarnya pemerintah daerah dapat melihat potensi yang dimiliki Danau Buak ini dapat digolongkan wisata air. Karena, pengunjung maupun turis dapat menikmati suasana alam dan air yang ada di Danau Buak. Diantaranya, mengitari danau dengan bebek engkol maupun sejenisnya,”ujar salah satu warga, Frans Aboe yang saat ditemui di wisata Danau Buak, Kecamatan Bika.

Taman Nasional Danau Sentarum, KAPUAS HULU, Kalimantan Barat

Taman Nasional Danau Sentarum, KAPUAS HULU, Kalimantan Barat
Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan.
Danau Sentarum sebagai danau musiman yang berada di taman nasional ini terletak pada sebelah cekungan sungai Kapuas, yaitu sekitar 700 km dari muara yang menuju laut Cina Selatan. Dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang mengelilinginya, Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi Daerah Aliran Sungai Kapuas. Dengan demikian, daerah-daerah yang terletak di hilir Sungai Kapuas sangat tergantung pada fluktuasi jumlah air yang tertampung di danau tersebut.
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)
Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.
Kehidupan masyarakat yang berada di sekitar taman nasional yaitu suku Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan masih tradisional. Rumah panjang (Betang) yang dihuni oleh suku tersebut beragam besarnya, ada yang dihuni lima sampai delapan kepala keluarga dan ada yang dihuni 15 sampai 30 kepala keluarga. Rumah panjang yang dihuni 15 – 30 kepala keluarga, mempunyai panjang rata-rata 186 meter dan lebar 6 meter. Kehidupan di rumah betang memperlihatkan suatu kerukunan, kepolosan dan keramahtamahan suku tersebut, dan biasanya wisatawan akan disuguhi tarian dayak.






Rumah Betang Suku Dayak (Putusibau)


PUTUSSIBAU – Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) yang terletak di pehuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia, memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Di samping dikenal sebagai kabupaten konservasi dengan kehadiran Taman Nasional Danau Sentarum sebagai sumber utama resapan air Sungai Kapuas seluas 130.000 hektare dan Taman Nasional Betung Kerihun seluas 800.000 hektare, juga memiliki banyak rumah betang (panjang) Suku Dayak.
Rumah betang Suku Dayak memiliki keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas seratus meter, bertiang panggung berketinggian di atas satu meter dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu akses ke dalam mesti melewati tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bulat dilengkapi anakan tangga demi mempermudah pijakan.
Karena keunikannya itu, Kantor Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan setempat menetapkan lima unit rumah betang di Kabupaten Kapuas Hulu sebagai cagar budaya. Rumah betang cagar budaya itu berada di Dusun Sunge Uluk Apalin, Desa Nyagau, Kecamatan Embaloh Hilir, di Melapi, Kecamatan Putussibau, di Semangkok, Kecamatan Kedamin, serta di Sungai Utik dan Bukung, Kecamatan Embaloh Hulu.
Rumah betang di Dusun Sunge Uluk Apalin merupakan salah satu rumah adat Suku Dayak tertua di Kalimantan Barat. Interiornya relatif asli, baik bentuk maupun bahan bangunannya. Rumah betang yang didirikan 65 tahun silam mencakup 54 bilik (ruang kamar) dengan panjang 286 meter, tiang panggung dari kayu ulin berdiameter di atas 50 sentimeter dan berketinggian rata-rata delapan meter.
Letaknya yang relatif dekat dari Kota Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, sekitar satu jam perjalanan darat, membuat rumah betang di Uluk Apalin cukup ramai dikunjungi wisatawan. Setiap pengunjung akan disambut ramah, tidak dipungut bayaran dan cukup mengisi buku tamu.
Selama berkunjung, setiap tamu akan disapa penghuni yang kebanyakan orangtua dengan sikap sopan dan bersahabat. Bila berkenan, pengunjung akan disuguhi minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.
Rasa kebersamaan dan persaudaraan tampak setiap ada permasalahan yang menimpa salah satu penghuni. Jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak dan dilarang menghidupkan peralatan elektronik.
Sayangnya, karena termakan usia, rumah betang di Uluk Apalin terancam kepunahan, karena kondisi fisik bangunannya yang sudah sangat memprihatinkan. Selain mengalami kerusakan pada fisik bangunannya, keberadaan rumah betang ini pun mengalami ancaman eksternal, akibat pengikisan air sungai di depannya yang semakin hari semakin bertambah. Demikian pula tumbuhan liar yang cukup padat di sekitar rumah betang yang sangat dekat dengan bangunan, menyebabkan kelembaban tinggi di sekitarnya, sehingga turut andil dalam mempercepat proses pelapukan bangunan.
Wartawan SH yang berkunjung ke Dusun Sunge Uluk Apalin belum lama ini menyaksikan sebagian besar atap sirap di beranda depan sudah dalam keadaan bolong. Bagian ruang tamu dan dapur yang dimiliki masing-masing satu kepala keluarga, direhap seadanya, sehingga mengurangi makna artistiknya. Demikian pula fasilitas sanitasi, seperti kamar mandi, kamar kecil, dan pipa air bersih rata-rata mengalami kerusakan, sehingga sebagian besar warga memilih mandi dan buang hajat langsung ke sungai.
Menariknya, setiap penghuni bilik selalu memiliki koleksi barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni rumah betang Uluk Apalin dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, bisa dilihat dari berbagai bentuk ukiran palung, mandau (parang hiasan untuk berperang Suku Dayak), tombak dan berbagai bentuk anyaman dari rotan.

Rumah Betang

Rumah Betang

Rumah betang ( rumah panjang) sungai uluk palin kab. kapuas hulu -kalbar, adalah salah satu dari banyak rumah betang yang ada di daerah ini. betang sungai uluk palin telah berusia lebih dari 100 tahun dengan kontruksi aslinya hanya telah mengalami pemotongan tiangnya supaya tidak terlalu tinggi. tinggi tiang sekarang masih sekitar 7 meter dari permukaan tanah. wisata rumah betang adalah salah satu andalan wisata kab. kapuas hulu.